SPORTSBOOK.CO.ID – Pecco Bagnaia masih berupaya meninggalkan musim 2025 yang berat di ajang MotoGP. Juara dunia tiga kali itu menjalani awal musim dengan rasa percaya diri yang tidak stabil saat mengendalikan Ducati Desmosedici GP25.
Pembalap asal Italia tersebut sempat berharap persoalan itu akan teratasi seiring waktu, sebagaimana yang pernah ia alami sebelumnya. Namun, kenyataannya Bagnaia tak pernah menemukan sensasi berkendara yang sama pada motor terbaru Ducati seperti yang ia rasakan bersama versi 2024.
Beberapa penampilan terbaiknya sepanjang musim, termasuk akhir pekan sempurna di Grand Prix Jepang—di mana ia meraih pole position serta memenangi sprint race dan balapan utama—justru menjadi titik balik yang merugikan. Pasalnya, performa impresif di Motegi tidak mampu ia ulangi pada fase akhir kejuaraan.
Rider kelahiran Turin tersebut akhirnya menutup salah satu musim tersulitnya di kelas premier dengan menempati posisi kelima klasemen akhir. Ia berada di belakang Alex Marquez, Marco Bezzecchi dari Aprilia, serta Pedro Acosta yang membela KTM. Sementara itu, rekan setimnya, Marc Marquez, sukses mengamankan gelar juara dunia kesembilan dengan motor yang sama, bahkan masih menyisakan lima seri balapan.
Saat melakukan evaluasi terhadap musim 2025, Bagnaia mengungkapkan kesalahan terbesar yang ia sadari sepanjang tahun ini, yakni terlalu berusaha mencari sensasi yang sama seperti saat menunggangi GP24. Motor tersebut sebelumnya membawanya bersaing ketat memperebutkan gelar hingga seri terakhir melawan Jorge Martin, dengan torehan 11 kemenangan balapan utama.
“Saya memulai musim dengan keyakinan bahwa potensi saya bersama GP24 sangat besar. Jadi masalahnya bukan sekadar beradaptasi dengan GP25, melainkan saya terus mencoba menemukan kembali perasaan lama itu. Sayangnya, perasaan tersebut tidak pernah muncul,” ujar Bagnaia kepada awak media.

Saat ditanya mengenai langkah yang akan ia tempuh untuk mengembalikan performa pada musim 2026—terutama untuk meraih kembali ketenangan dan rasa bahagia yang sempat memudar—Bagnaia menjelaskan bahwa keduanya saling berkaitan.
“Bisa dibilang, ketenangan dan kecepatan berjalan bersamaan. Pembalap yang kompetitif biasanya juga merasa bahagia. Semua itu akan kembali,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa secara mental dirinya tetap tenang, terutama ketika berada dalam kondisi performa yang sesuai harapan. “Dalam situasi seperti itu, saya berada di posisi yang memang seharusnya.”
Bagnaia juga menekankan keyakinannya bahwa potensi dan kecepatan masih sepenuhnya ada. “Saya tahu kemampuan itu belum hilang. Kami hanya perlu bekerja untuk menemukan kembali sensasinya. Ketenangan sebenarnya tidak pernah pergi, hanya feeling di atas motor yang sedikit menghilang. Itulah yang harus kami dapatkan lagi.”
Menanggapi pernyataan Nicolo Bulega dalam sebuah wawancara sebelumnya—yang menyebut bahwa seorang pembalap terkadang harus bersikap lebih agresif—Bagnaia memberikan respons tegas. “Saat memang dibutuhkan untuk mengeluarkan siku, saya tidak pernah ragu. Jadi menurut saya, tidak ada kekurangan di sisi itu.”
Sebagai penutup, pembalap bernomor #63 itu turut mengulas dinamika performanya sepanjang musim. Ia menyebut bahwa pada fase awal kejuaraan, dirinya relatif konsisten bersaing di papan atas, namun justru menghadapi lebih banyak kendala sejak pertengahan musim.
“Ada beberapa kemunduran yang terjadi sepanjang tahun ini. Balapan di Jepang memberi saya banyak kepuasan, tetapi di sisi lain juga menjadi tolok ukur untuk seri-seri setelahnya,” jelas Bagnaia.




