SPOTSBOOK.CO.ID – Perjalanan Johann Zarco sepanjang musim berjalan dalam beberapa babak berbeda. Ia mengawali kejuaraan dengan performa menjanjikan, beberapa kali menembus 10 besar, sebelum mencapai puncaknya lewat kemenangan di Le Mans dan dilanjutkan podium di Silverstone. Namun setelah itu, grafiknya menurun. Zarco harus menunggu sekitar empat bulan untuk kembali finis di sepuluh besar pada balapan utama.
Pada periode sulit tersebut, pembalap asal Prancis itu mengaku tidak mudah menyesuaikan diri dengan sejumlah perubahan yang justru membuat motor Honda semakin kompetitif. Situasi tersebut diperparah oleh banyaknya insiden jatuh yang dialaminya.
Sepanjang musim 2025, Zarco tercatat delapan kali terjatuh pada balapan hari Minggu. Tidak semuanya disebabkan oleh kesalahan pribadi, namun tiga di antaranya terjadi hanya dalam dua seri setelah ia meraih dua podium beruntun. Secara keseluruhan, ia menutup musim dengan total 28 kecelakaan, angka yang hampir menyamai gabungan dua musim sebelumnya yang mencapai 30 crash. Catatan itu menjadikannya sebagai pembalap dengan jumlah kecelakaan terbanyak tahun ini.
“Tidak menyenangkan rasanya berada di posisi pembalap yang paling sering terjatuh,” ujar Zarco saat konferensi pers usai meraih kemenangan di GP Prancis. Ia menilai sebagian insiden tersebut merupakan konsekuensi dari upaya mencari performa. Menurutnya, mayoritas kecelakaan terjadi saat sesi latihan, bukan ketika balapan, yang dianggap sebagai perbedaan penting.
“Saya mengambil risiko saat latihan, tetapi ketika waktunya balapan, kami lebih memilih pendekatan yang aman,” jelasnya. Zarco juga mengakui bahwa pada musim ini ia sempat kehilangan rasa percaya diri. Karena itu, fokusnya adalah memulai kembali secara bertahap, menghindari kesalahan, lalu menilai apakah ada perkembangan.
Di sisi lain, bos tim LCR Honda, Lucio Cecchinello, menyayangkan banyaknya kecelakaan yang terjadi setelah awal musim yang begitu menjanjikan. Ia menilai Zarco kemungkinan terlalu memaksakan diri setelah start kuat, meski Honda sejatinya tidak selalu menargetkan posisi terdepan di setiap balapan.
“Kami jelas memulai musim dengan hasil yang sangat baik,” kata Cecchinello kepada situs resmi MotoGP. Ia menyinggung capaian finis kelima di Argentina, posisi keempat di Qatar, kemenangan di Le Mans, hingga finis kedua di Silverstone sebagai bukti awal musim yang solid.

Cecchinello menjelaskan bahwa paruh awal musim berjalan jauh melampaui perkiraan tim. Saat itu, LCR bahkan sempat menempati posisi lima besar klasemen dan menikmati momentum positif. Namun situasi berubah di paruh kedua kompetisi, ketika performa mulai menurun.
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Ia menilai hasil luar biasa di Le Mans dan Silverstone tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi normal, karena sangat dipengaruhi cuaca. Balapan di Silverstone, misalnya, berlangsung dalam temperatur yang sangat rendah sehingga beberapa pembalap kesulitan mendapatkan rasa percaya diri pada ban depan.
Sebagai mantan pembalap, Cecchinello memahami bahwa podium bisa memicu ambisi lebih besar. Dalam konteks itu, Zarco dinilai terlalu bernafsu mengejar hasil lanjutan, yang justru berujung pada banyak insiden. Ia menyebut Zarco beberapa kali terjatuh di sirkuit seperti Aragon, Barcelona, dan Sachsenring, sesuatu yang jelas tidak menguntungkan tim.
Akumulasi kecelakaan tersebut kemudian membawa Zarco ke dalam situasi sulit secara mental. Selepas jeda musim panas, ia sempat menunggu komponen baru yang lebih dulu tersedia bagi tim pabrikan. Namun ketika perangkat tersebut akhirnya tiba, Zarco belum mampu memaksimalkannya.
Meski demikian, kondisinya perlahan membaik. Zarco merasa performanya meningkat pada periode September hingga Oktober, hal yang juga diakui oleh Cecchinello.
Ia mengungkapkan bahwa Honda sebenarnya menghasilkan beberapa komponen pengembangan yang berkualitas. Hanya saja, tim satelit harus menunggu beberapa pekan hingga suku cadang itu diproduksi dan dikirim oleh pemasok. Situasi tersebut diyakini memunculkan rasa frustrasi pada Zarco, yang kemungkinan berdampak pada konsentrasinya saat mengendarai motor, sehingga tidak berada dalam kondisi fokus penuh.

Cecchinello menilai akhir musim membawa perkembangan positif bagi tim. Setelah komponen pengembangan akhirnya tersedia, Zarco dinilai mampu meningkatkan fokusnya dan menutup kejuaraan dengan kecepatan yang sebanding dengan pembalap Honda lainnya. Pada seri penutup di Valencia, ia bahkan memiliki peluang untuk terus berada di rombongan Luca Marini karena catatan waktunya berada pada level yang sama. Namun, kesalahan di fase awal balapan memaksanya menjalani long lap penalty, yang kemudian membuat situasi menjadi lebih sulit.
Terlepas dari dinamika naik-turun sepanjang musim, Zarco tetap tercatat sebagai pembalap Honda dengan hasil terbaik di klasemen akhir. Cecchinello pun menyatakan kepuasannya terhadap performa yang kembali ditunjukkan pada balapan terakhir ketika menilai perjalanan musim secara keseluruhan.
Menurutnya, musim tersebut bisa dikatakan sangat berkesan: awal kejuaraan berjalan sangat kuat, pertengahan musim dipenuhi tantangan, dan menjelang akhir Zarco mampu kembali bersaing di papan atas sepuluh besar.




